Pages

Rabu, 11 Agustus 2010

Qolbu Bukan Hati III: Qolbu = Otak

Allah telah menciptakan alam semesta yang terdiri dari langit dan bumi dan segala isinya ini tentu saja dengan suatu konsepsi yang pasti dan terukur. Tidak dapat kita temukan sedikitpun kecacatan pada hasil ciptaannya, yaitu dari benda luar angkasa yang sangat besar hingga bakteri terkecil dalam tubuh manusia maupun hewan. Dengan adanya alam semesta yang begitu luasnya ini sangat mustahil jika tidak ada fungsinya atau sia-sia.sebagai suatu analogi adalah, jika manusia menciptakan sesuatu pasti ada tujuannya, semisal manusia menciptakan telephone, tidak mungkin telephone tadi tidak memiliki fungsi telephone yang diciptakan manusia berfungsi untiuk komunikasi jarak jauh. Begitupun dengan manusia, ketika diciptakan oleh Allah, tidak mungkin seorang manusia itu diciptakan tanpa tujuan dan fungsi yang jelas. Sungguh aneh jika manusia tidak tahu apa tujuan dia diciptakan. Hari ini mayoritas manusia tidak sadar apa sebenarnya tujuan dia diciptakan. Manusia mampu berpikir namun sangat jarang manusia yang mau berfikir untuk apa dia diciptakan. 
Qs.23:115:
“Maka apakah kamu mengira, bahwa Sesungguhnya kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami ?”
Manusia adalah bagian kecil sebuah system alam semesta, sebagai bagian dari alam semesta, sangat penting bagi manusia itu mengenal siapa dirinya dan apa fungsi dia dalam sistem alam semesta ini. Jadi selain manusia harus tahu tujuan penciptaannya dia juga harus tahu siapa sebenarnya manusia itu. Untuk mengetahui siapa sebenarnya manusia maka diperlukan ilmu utuk menjawab semua pertanyaan tersebut. Berbicara masalah ilmu maka kita gunakan Al-Qur’an sebagai pedoman atau bashoir.
Qs.45:20:
“Al-Quran Ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini.”
Manusia diciptakan dengan berbagai macam bahasa warna kulit, rambut, dan lain sebagainya. Perbedaan manusia secara fisik tersebut menciptakan adanya suatu perbedaan bangsa ras maupun etnis. Tiap ras dan etnis tersebut berasal dari nenek moyang yang berbeda-beda. Pemahaman kita selama ini menganggap bahwa serluruh manusia berasal 2 dua orang manusia saja. Pemahaman seperti ini terbantah oleh adanya teori genetika yang mengatakan bahwa dalam tubuh manusia terdapat yang namanya DNA yaitu pembawa karakter. Jika orang negro yang memiliki karakter berkulit hitam rambut keriting tidak akan menurunkan atau melahirkan anak yang berkulit putih dan berambut lurus. Dapat disimpulkan bahwa sebenarnya tiap bangsa berasal dari dua pasang manusia saja. Manusia ketika diciptakan berawal dari ketiadaan menjadi ada.
Qs.19:67:
“Dan Tidakkah manusia itu memikirkan bahwa Sesungguhnya kami Telah menciptakannya  dahulu, sedang ia tidak ada sama sekali ? “
Dalam proses penciptaan manusia melalui 6 fase penciptaan.
Qs.23:12-14:
“Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah, Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim), Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.”
Awal proses penciptaan manusia berasal dari sepasang manusia yang terdiri dari laki-laki dan perempuan.
Qs.49:13: 
“Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang  perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.”
yang pertama, manusia berasal dari mineral tanah yang bermacam-macam, kemudian terserap oleh tanaman. Kemudian tanaman tersebut dimakan manusia atau hewan, hewan kemudian dimakan oleh manusia. Mineral dan zat yang yang terkandung dalam tanaman dan hewan yang berasal dari tanah tadi berproses dalam tubuh manusia sehingga sebagian menjadi sperma pada pria dan menjadi sel Ovum Pada perempuan.
Kedua, sperma kemudian membuahi sel ovum kemudian ovum yang dibuahi oleh sperma membentuk zigot (‘alaqoh) yaitu sel yang membelah dari 2 menjadi 4, dari 4 menjadi 8 dan seterusnya. Zigot ini menempel pada dinding rahim agar zigot tadi dapat memperoleh zat makanan dari peredaran darah yang membawa zat makanan.
Ketiga, zigot tadi berkembang menjadi gumpalan daging atau embrio bakalan calon organ-organ tubuh vital manusia.
Ke-empat, embrio tadi menjadi tulang-tulang pembentuk tubuh embrio janin.
Kelima, tulang-tulang tersebut terbungkus oleh otot dan sendi.
Kemudian ke-enam yaitu menjadi makhluq dengan berntuk lain yang berbeda dari asal muasalnya.
 
Setelah manusia sempurna penciptaanya, manusia disempurnakan fisiknya dengan diberikan:
1. Mata
2. Telinga
3. Qolbu 
Sebagai modal awal manusia menjalani hidupnya dengan beribadah kepada penciptanya. Inilah yang membedakan antara manusia sebagai ahsanal kholiqin dengan makhluk lainnya. Dengan bermodal penglihatan pendengaran dan Qolbu manusia dituntut memfungsikan sarana-sarana untuk beribadah. Untuk memfungsikan sarana tersebut yaitu dengan ilmu.
Qs.17:36:
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.”
Qolbu yang sering tersebut didalam alqur’an seringkali diartikan dengan hati, muncul suatu pertanyaan, benarkah qolubu itu hati? Secara harfiah qolbu memiliki arti bolak-balik, bukan hati. Secara fungsi qolbu berfungsi untuk memahami.

Qs.7:179:
“Dan Sesungguhnya kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai Qolbu, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) “
Jika kata qolbu diarikan dengan hati, apakah hati dapat berfungsi untuk memahami atau berfikir. Pemahaman seperti ini sangat bertentangan dengan ilmu kedokteran, karena yang berfungsi untuk memahami hanyalah otak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa jika otak dapat untuk memahami, dan dalam alqur’an qolbu berfungsi untuk memahami, berarti qolbu memiliki fungsi yang sama dengan otak. Karena hati fungsinya adalah untuk menawarkan racun, mengubah zat gula menjadi glycogen. Sedangkan jantung memiliki fungsi utama memompakan darah ke seluruh tubuh. Tidak ada satu pun fungsi hati, demikian pula jantung, yang berfungsi untuk memahami atau pun berpikir. Oleh karenanya, lebih tetap apabila qolbu diartikan sebagai otak atau diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan kerja otak.
Dalam ilmu kedokteran otak memiliki tiga bagian yang memiliki fungsi masing-masing. Yaitu otak besar, otak kecil, dan otak tengah.
1. Otak Besar (cerebrum), dalam bahasa arab lebih tepat diartikan sebagai fu’ada.
Otak besar dalam bahasa qur’annya adalah fu’ada yang merupakan pusat kecerdasan. Segala infornasi atau ilmu dari alam masuk melalui otak besar. fungsi dari fu’ada sendiri adalah sebagai pusat saraf panca indra, untuk menghitung, menghafal, menganalisis. Inilah otak manusia yang berfungsi untuk berakal. Sebagai contoh ketika seseorang sedang dihadapkan suatu masalah yang rumit dia pasti akan berfikir untuk mencari jalan keluarnya. ketika dia sedang berfikir tadi maka otak besarnya sedang bekerja.
2. Otak Tengah (Hypotalamus), dalam bahasa arab lebih tepat diartikan sebagai nafs.
Otak tengah adalah bagian otak yang berfungsi sebagai pusat emosi. Apapun bentuk emosinya semuanya bermuara di nafs. Fungsi otak tengah adalah sebagai pusat rasa yaitu rasa sedih,benci, marah, dan lain sebagainya. Sebagai pusat keinginan 
Qs.3:14: 
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik.”
Sebagai contoh ketika seseorang merasa sedih dan menangis pada saat itu yang bekerja adalah otak kecilnya. Orang melakukan sesuatu karena dasar rasa selalu mengarah kepada kesalahan atau kerusakan. 
Qs.12:53: 
“Dan Aku tidak membebaskan diriku dari nafs, Karena Sesungguhnya nafs itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafs yang diberi rahmat oleh Robbku.  Sesungguhnya Robbku Maha Pengampun lagi Maha penyanyang”.
3. Otak Kecil, dalam bahasa arab lebih tepat diartikan shudur. 
Otak kecil berfungsi sebagai pusat kesadaran,akurasi, mengatur keseimbangan, daya ingat. Dengan cerebellum ini maka segala ilmu yang telah kita pelajari dengan baik, akan tersimpan, dan dapat bekerja secara otomatis. Sehingga jika seseorang dihadapkan suatu masalah dapat berbeda cara menghadapinya tergantung apa yang tersimpan di dalam sudur. Jadi jika sudur terisi dengan pola pikir musyrik maka cara menghadapinya dengan cara musyrik, jika sudur terisi oleh alqur’an maka cara menghadapinya pun dengan cara qur’an. 

Ilmu sebagai Software & Otak sebagai Hardware:
Ilmu tidak akan berguna tanpa adanya otak sebagai mesin pengolah ilmu, dan otak tidak akan berfungsi tanpa ilmu karena tidak ada yang diolah.
Alqur’an dalam Kesadaran Manusia:
Teks alqur’an adalah sebuah ilmu yang masih berupa petunjuk, yang sifatnya teoritis. Al-Qur’an hanya akan menjadi sebuah teori saja bila tidak diaplikasikan oleh manusia. 
Alqur’an memiliki tiga dimensi: 
Qs.2:185:
“beberapa hari yang ditentukan itu ialah bulan ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil).”
Kita jadi teringat konsep mabadi tsalatsa yaitu konsep tentang sesuatu itu akan eksis jika memenuhi tiga hal. Begitupun dengan Al-Qur’an. Al-Qur’an memiliki tiga dimensi yaitu dimensi sebagai huda (petunjuk), bayyinat (bukti dari petunjuk), dan furqon (pembeda).
Dimensi Al-Qur’an sebagai huda (petunjuk) adalah berisi tentang teori atau cara berpikir yang mana bersifat tekstual. Al-Qur’an sebagai petunjuk memiliki fungsi sebagai symbol dari sebuah kenyataan untuk menimbulkan sebuah pemahaman. Semisal ketika kita ingin mencari suatu daerah yang kita belum tahu, kita melihat peta, di peta tersebut kita menemukan tulisan Yogyakarta, tulisan yogyakarta tersebut bukan berari disitulah yogyakarta namun sebagai penunjuk saja. 
Dimensi Al-Qur’an yang ketiga yaitu bayyinat yang merupakan bukti real dari petunjuk. Fungsinya adalah sebagai aplikasi dari teori atau petunjuk. Semisal dipeta tertulis bahwa sebelah selatan jogja adalah bantul bayyinatnya adalah ketika kita berjalan mengikuti arah selatan dari jogja kita menemukan daerah bantul. begitupun dengan alqur’an, harus dapat diaplikasikan, jika tidak dapat diaplikasikan maka tidak akan ada manusiapun yang percaya kepada kebenaran alqur’an, Bantul itulah bukti dari petunjuk peta tadi. 
Dimensi Al-Quran yang ketiga yaitu adalah furqon (pembeda) yang merupakan hasil dari bukti tersebut. Semisal peta tadi kita dapat membedakan bahwa bantul itu berlokasi lebih selatan daripda kota jogja. Begitupun dengan alqur’an Alqur’an tidak akan dapat membedakan yang benar dan yang salah jika tidak dapat dibuktikan. Agar alqur’an dapat teraplikasi maka harus menjadi Ruh dengan cara memasukan alqur’an kedalam kesadaran.
Qs.42:52 :
“Dan Demikianlah kami wahyukan kepadamu Ruh dengan perintah kami. sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al Quran) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi kami menjadikan Al Quran itu cahaya, yang kami tunjuki dengan dia siapa yang kami kehendaki di antara hamba-hamba kami. dan Sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus”.
Al-Qur’an sebagai ilmu yang akan merombak kesadaran masyarakat dunia, harus menjadi pola pikir bagi mereka yang mengaku berqur’an. Muhammad 14 abad tahun yang lalupun berjuang hanya ingin menjadikan alqu’an ini sebagai teori atau ilmu yang dapat diaplikasikandan menjadi suatu kebiasaan dan menjadi nur bagi seluruh ummat manusia. Alqur’an tidak akan menjadi nur bagi manusia jika alqur’an hanya sekedar buah bibir saja. Banyak orang tahu bahwa alqur’an adalah suatu pedoman hidup terbaik sepanjang masa namun perkataan ini tidak akan dapat menjadi kenyataan manakala Al-Qur’an ini hanya menjadi omong kosong saja. Al-Qur’an hanya akan menjadi rahmat bagi mereka yang mau mengamalkannya.
Sumber: www.buruj8.wordpress.com, 29 Maret 2009





0 komentar:

Posting Komentar