Pages

Senin, 09 Agustus 2010

Qolbu Bukan Hati II

Jum’at, tanggal 6 Agustus yang lalu, saya berkesempatan sholat jum’at di masjid Baitul Ilmi. Karena pengurus masjid Baitul Ilmi, dan masyarakat sekitarnya mayoritas bermahzab Ahlu sunnah wal jama’ah, NU tepatnya, maka sebelum khotib naik mimbar, ada beberapa informasi yang disampaikan oleh Pembawa Acara. Diantaranya disampaikan bahwa khotib pada jum’at ini adalah Al Mukarom al-Ustad Djony Edward, yang akan menyampaikan dan menjelaskan tentang Qolb, Fuad, dan Lub.

Khutbah Ustad Djony sangat menarik dan sarat refrensi, terutama refrensi dari Ulama Besar Tasauf, Syeikh Abdul Aziz bin Ahmad bin Said, dan Syeikh Mulla Sadra. Karena Ustad Djony menyampaikannya sangat menarik, saya melihat sekeliling saya, tidak ada jama’ah yang kelihatan tertidur ketika Ustad Djony menyampaikan khutbahnya. Saya pun demikian. Karena topik khutbah yang disampaikan Ustad Djony telah menjadi perhatian saya cukup lama. Saya pun menyimaknya baik-baik. Tidak lupa. Saya mengeluarkan bolpoint dan selembar kertas yang selalu saya siapkan dikantong saya. Saya catat beberapa point penting dari materi khutbah. Karena sudah lama topik tentang Qolb menjadi perhatian saya. Apa yang telah disampaikan oleh Ustad Djony melalui khutbahnya, meski menarik penyampainnya, dan mengutip pendapat dua ulama besar. Tetap saja, banyak hal yang Saya tidak sependapat. Tetapi saya tidak bisa menginterupsi Ustad Djony. Saya khawatir, bila saya menginterupsi Ustad Djony, sholat jum’at saya menjadi tidak sah. Dengan sabar saya mencatat beberapa hal yang nanti, setelah usai sholat, seperti biasa, seperti dengan khotib-khotib lain yang menyampaikan materi khutbah yang menarik bagi saya. Setelah sholat, saya menghampiri khotib, meski hanya sekedar mengucapkan terima kasih.

Seusai sholat sunah, saya melihat Ustad Djony sedang berbincang-bincang dengan Pengurus Masjid Baitul Ilmi, saya mulai menghampiri beliau. Setelah mengucapkan salam, dan memperkenalkan diri sebagai Al-Fakir. Saya menyampaikan beberapa pertanyaan dan pendapat yang berkaitan dengan topik yang telah disampaikan dalam khutbah tadi. Dengan didahului permintaan ma’af, karena khawatir apa yang akan saya sampaikan akan menyebabkan beliau tidak berkenan. Saya sampaikan kepada beliau. Tadi, apa yang Ustad sampaikan dalam khutbah cukup menarik, hanya bagi saya masih terlalu normative, retoris, dan belum fungsional. Pada hal masalah Qolb itu adalah masalah yang riel, dan sangat penting. Masalah qolb sangat berkaitan dengan kualitas akhlak manusia. Dan masalah akhlak manusia adalah masalah yang riel, masalah yang nyata. 

Menurut saya, Ustad. Bila kita tidak memahami qolb (Apa, Mengapa, Bagaimana, dan Kapan?) secara benar, riel, dan fungsional. Bagaimana kita akan mengetahui cara-cara dalam meningkatkan kualitas akhlaq kita? Bagaimana kita akan memahami secara benar, riel, dan fungsional bila kita mengartikan Qolb itu sebagai Jantung atau Hati? Sementara, dunia kedokteran menjelaskan bahwa Jantung dan Hati tidak berkaitan dengan kualitas prilaku manusia. Sampai dengan saat ini, dunia kedokteran (khususnya kedokteran jiwa), berpendapat bahwa Otak termasuk fungsi luhur manusia. Jantung dan Hati tidak dimasukan sebagi fungsi luhur manusia. Orang yang mengalami cidera otak karena kecelakaan atau karena serangan strok. Bila cidera itu mengenai wilayah motoris atau wilayah memorinya, bisa dipastikan orang tersebut akan mengalami perubahan prilaku. Orang yang mengalami stress berkepanjangan, apalagi hingga menderita depresi. Dapat dipastikan, prilaku orang tersebut juga akan berubah. Semua itu terjadi dalam wilayah dan kerja otak, bukan dalam wilayah dan kerja hati atau jantung. 

Pak Ustad, saya masih ingat ucapan guru ngaji saya. Dalam Islam, ayat-ayat Qur’aniyah akan selalu berkesesuaian dengan ayat-ayat Qauniyah. Atas dasar itu maka, menurut saya, janganlah mengartikan qolb atau qolbu dengan hati atau jantung. Karena hal itu, selain menyesatkan, karena tidak berkesesuaian dengan pemahaman atas praktek-praktek ibadah yang lain. Seperti, dengan ibadah wudhu: Kepala yang dibasuh, sementara dada dan perut tidak dibasuh. Dengan ibadah sholat: Kepala (atau kening) yang ditempelkan dilantai, tidak diperintahkan untuk menempelkan dada atau perut kelantai atau tiarap. Mengartikan qolb dengan hati atau jantung juga tidak sesuai dengan peran dan fungsi organ itu dalam ilmu kedokteran.

Karena Ustad Djony ada keperluan lain. Beliau tidak sempat menjawab pertanyaan-pertanyaan saya. Beliau berjanji akan menjawabnya secara tertulis. Segera saya berikan alamat email saya dan blog saya. Saya sampaikan sama beliau. Pak, jangan lupa membuka blog saya: adinglkppi.blogspot.com. Dan jangan lupa untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan saya tadi. Terima kasih pak. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. 
 


1 komentar:

Unknown mengatakan...

Komentar pak ustadz Djony belum sampai ya kak...?..saya juga mulai memikirkan hal2 yang pernah kak Ading sampaikan berkenaan qolbu itu hati/jantung atau otak kita.

Beruntunglah Manusia yang diciptakan Allah dengan segala kesempurnaan, diberi pancaindra, Hati. Untuk bersyukur, dan akal untuk berfikir, mencari rahasia alam, mengolahnya. Allah menciptakan manusia dari tidak tahu apa-apa menjadi tahu, dengan belajar, otak berkembang dengan berjalannya waktu. Dengan otak manusia berfikir, mempergunakan seluruh pancaindranya dalam menangkap kebesaran dan ilmu Allah.

(S.16:78),“ Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.”,.
Akal yang diciptakan Allah untuk berfikir dan mencari rahasia alam semesta yang indah dan penuh dengan ilmu pengetahuan yang harus dipelajari , digali dan dimanfaatkan untuk kepentingan umat manusia. Tampa berfikir dan mempergunakan akalnya dan hatinya manusia tidak akan berkembang sesuai dengan fitrahnya.

(S.13:3) “Dan Dia-lah Tuhan yang membentangkan bumi dan menjadikan gunung-gunung dan sungai-sungai padanya. Dan menjadikan padanya semua buah-buahan berpasang-pasangan, Allah menutupkan malam kepada siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan
Manusia seperti disebutkan dalam Al-Quran, diberikan kesempurnaan rupa, akal, pancaindra, hati. Untuk menjadi Khalifah dimuka bumi ini manusia harus cerdas , tidak hanya cerdas otaknya saja , tapi juga cerdas emosi dan spiritualnya.
Zohar dan Marshall menjelaskan tentang kecerdasan sebagai berikut ini bahwa: Kecerdasan intelektual (IQ) ada di korteks serebrum atau otak besar. Kecerdasan emosional (EQ) ada di sistem limbik atau otak dalam, yang terdiri dari thalamus, hypotalamus dan hippocampus. Dan Kecerdasan Spiritual (SQ) ada di frontal lobus
Secara Medis Otak manusia, adalah organ yang unik dan dasyat, tempat diaturnya proses berfikir, berbahasa, kesadaran, emosi dan kepribadian, secara garis besar, otak terbagi dalam 3 bagian, yaitu neocortek atau cortex cerebri , system limbik dan batang otak, yang berkerja secara simbiosis. Bila neocortex berfungsi untuk berfikir, berhitung, memori, bahasa, maka sistek limbic berfugsi dalam mengatur emosi dan memori emosional, dan batang otak mengarur fungsi vegetasi tubuh antara lain denyut jantung, aliran darah, kemampuan gerak atau motorik, Ketiganya bekerja bersama saling mendukung dalam waktu yang bersamaan , tapi juga dapat bekerja secara terpisah.

Posting Komentar